Kamis, 07 Agustus 2008

Masih adakah cinta untuk ku ( 2 )

aku coba menarik nafas panjang panjang dan akhirnya, ry sebenarnya waktu kamu bilang sama aku hubungan kamu dan cewe kamu itu sudah telalu jauh sebenarnya aku teringat sama diri aku sendiri ry, aku juga sudah tidak virgin lagi dan semuanya sudah di renggut oleh mantan aku dan dia telah meninggalkan aku setelah mendapatkan semuanya ry, aku tidak pantas untuk kamu. tiba-tiba saja suasana menjadi hening ryan terdiam dan aku sudah siap mendengar semua keputusan dia apabila dia sendiri tidak mau menerima aku, karena perempuan seperti aku ini hanya perempuan kotor.

" kamu pikir aku perduli apakah kamu masih gadis atau tidak gadis lagi, aku tidak perduli lydia dengan masa lalu kamu, aku tidak perduli sama semua itu, yang aku tahu aku benar-benar sayang sama kamu dan aku ingin kamu jadi pacar aku, aku juga bukan manusia sempurna kamu tahu masa lalu aku juga seperti apa, dan kita mempunyai masalalu yang sama hanya denga sedikit versi yang berbeda, aku cinta kamu dan aku ga perduli dengan semuanya itu ".


tanpa terasa air mataku mengalir, aku terharu mendengar ucapan ryan, karena dia mau menerima aku apa adanya, mau menerima aku yang sudah tidak suci lagi, aku benar-benar terharu, tiba-tiba saja ada sentuhan lembut di pipi aku yang menghapus air mataku ternyata itu sentuhan tangan ryan, " kenapa kamu menangis apa ada dari perkataan aku yang salah dan menyakiti perasaan kamu ", tidak ryan aku hanya terharu saja, aku merasa ini seperti mimpi hanya itu saja, " kamu tidak mimpi sayang tapi ini nyata mulai sekarang kita akan menjalani ini sama-sama dalam keadaan apapun itu ", tiba-tiba saja ryan mencium kening aku, dan memeluk tubuhku, darahku seperti berdesir dengan kencang, detak jantungku mejadi tidak beraturan saat dia memeluk aku, mungkin sudah lama sekali aku tidak merasakan pelukan hangat dari orang yang aku cintai, betapa damai saat aku berada dalam pelukan itu.

Tiba-tiba saja suara handphone membuyarkan lamunan aku, ternyata telpon dari rumah, "lydia kamu kemana saja ini sudah jam berapa kenapa belum pulang juga " suara mama terdengar begitu khawatir karena aku belum juga pulang kerumah ", iya mah aku sedang ada perlu, sebentar lagi aku pulang, saat tersadar ternyata hari sudah menjadi malam dan aku sudah tidak tahu berapa lama aku duduk dan melamun ditaman ini aku bergegas pulang, karena tidak ingin membuat mama bertambah khawatir.

sesampai di rumah mama membukankan pintu dan langsung menyerangku dengan berbagai pertanyaan dengan raut wajah dia yang begitu cemas " lydia sayang kamu dari mana saja sih, ini sudah jam berapa, kenapa kamu baru pulang, apa banyak pekerjaan dikantor sayang ", aduh mama aku ini sudah besar ma bukan anak kecil lagi dan aku bisa jaga diri aku dan jangan terlalu berlebihan seperti itu kenapa, jawab kusedikit emosi, raut wajah mama berubah menjadi sedih saat mendengar jawaban aku, dan aku mejadi merasa bersalah, maafkan lydia ma bukan maksud lydia berkata kasar tapi lydia cape dan tidak ingin diganggu dulu, aku bergegas masuk kedalam kamar, mengunci pintu kamar dan langsung merebahkan diriku diatas tempat tidur, lelah, lelah, lelah itu yang aku rasakan.

alarm jam weker berbunyi uh ternyata sudah pagi lagi, yach ternyata gue masih bisa bernafas gumamku didalam hati, tidak ada semangat untuk menyambut pagi ini, rutinitas yang setiap hari menjenuhkan bangun tidur, mandi sarapan pagi dan berangkat kekantor, sesampai dikantor kerjaan kantor yang sudah menanti mengantri untuk segera diselesaikan, " wah sepertinya ada awan mendung neh pagi ini ", ledek sesil kepadaku, sesil teman kantor aku dan kami berdua memang cukup dekat, udah dech pagi-pagi jangan membangunkan macan yang masih tidur jawabku cuek, " ih takut ada macan ", jawab sesil sambil berlalu, karena dia sudah tahu kalau nada bicaraku sedang tidak bagus itu berarti aku memang sedang tidak ingin diajak becanda, aku mulai coba konsentrasi terhadap pekerjaan aku yang sudah beberapa hari in terbengkalai karena aku tidak pernah serius mengerjakannya.

tiba-tiba saja muncul dilayar komputerku ryan ternyata mesengger ryan sedang on line ingin rasanya aku chattingan sama dia, tapi segera aku urungkan niat itu, huh kenapa harus muncul pikiran tetang dia sih disaat aku coba untuk konsentrasi terhadap kerjaan aku, pikiranku jadi menerawang jauh lagi, aku ingat saat-saat terindah bersama ryan, memang hubungan itu hanya sebentar tapi ryan bisa menyembuhkan aku dari luka hati aku yang berkepanjangan, karena ulah laki-laki brengsek yang bernama erwin, terlalu mudah aku percaya dnegan ryan dan terlalu banyak harapan yang aku gantungkan pada dia, pada awalnya aku berfikir dan berharap bahwa ryan adalah pelabuhan terakhir cinta aku, tapi ternyata aku masih harus berlayar dan berkelana mencari pelabuhan untuk cintaku.

sebenarnya aku juag sudah bisa merasakan bahwa hubungan aku sama ryan akan bubar, insting aku mengatakan seperti itu, ditambah ryan berubah dia berbeda tidak seperti dulu lagi, dai mulai sering bicara kasar dan kami sering bertengkar hanya karena hal-hal kecil, tetap iaku coba bersabar dan berfikir bahwa mungkin kami masih baru belum mengenal terlalu jauh sifat dan karakter masing-masing, tetapi sampai suatu hari ryan memutuskan hubungan itu, yang paling menyakitkan buat aku adalah dia memutuskan hubungan itu bukan langsung berbicara dengan aku, tetapi melalui sms, itu yang membuat aku sakit hati, dan ternyata ryan belum bisa melupakan mantan pacarnya walaupun tahu mantan pacarnya itu sudah menghianati dia, dan aku hanya jadi tempat pelarian dia saja.

aku benar-benar benci sama ryan, dia sama saja dengan laki-laki lain, dia tidak jauh berbeda dengan erwin, dengan semua laki-laki bajingan yang ada di dunia ini umpatku didalam hati, tiba-tiba da tangan lembut dang dingin menyentuh pipiku, " kamu menangis lagi yach, lydia ", ternyata sesil dia yang menghapus air mataku, cepat-cepat aku menyeka air mataku sendiri, ah sesil kamu mengangetkan aku saja, " aku tidak mengagetkan kamu, aku telpon tidak diangkat aku pikir kamu tidak ada diruangan, ternyata kamu sedang melamun dan menangis ", aku tidak apa-apa sil, " apanya yang ga apa-apa, udahlah lupain aja semuanya ngapain sich nangis buat cowo yang ga penting itu ", aku tahu ko, ini bukannya nangis karena di putusin dia, api aku nangis kenapa aku itu bodoh baru ada sadar sekarnag kalau ryan itu sama brengseknya dengan erwin, " masih untung kamu masih sadar ha..ha.., ya udah kamu di panggil pa darmawan tuh di ruangannya cepetan, ya ampun aku lupa aku mau kasih laporan bulanan ya udah aku mau selesain kerjaan aku dulu.

Tidak ada komentar: